Wednesday, June 27, 2007

SILABUS DAN RPP FISIKA

Silabus

Sekolah : SMA Negeri Antah Berantah

Kelas : X (Sepuluh)

Semester : 2 (dua)

Mata Pelajaran : Fisika

Standar Kompetensi : 3. Menerapkan prinsip kerja alat-alat optik

A. Kompetensi Dasar

3.1Menganalisis alat optik secara kualitatif dan kuantitatif

3.2menerapkan alat-alat optik dalam kehidupan sehari-hari

B. Materi Pokok/Pembelajaran

Alat-alat Optik

· Pengertian alat-alat optik

· Fungsi dan bagian alat-alat optik

· Prinsip pembentukan bayangan pada alat-alat optik

· Prinsip pembentukan pemantulan pada alat-alat optik

· Cacat mata dan penggunaan kaca mata

· Percobaan dengan menggunakan mata

· Prinsip kerja teropong bumi dan teropong bintang

C. Pengalaman Belajar

· Mengumpulkan informasi dan berdiskusi tentang alat-alat optik secara berrkelompok.

· Mengidentifikasi fungsi dan bagian alat optik pada kaca mata, kamera, lup, mikroskop, dan teropong secara berkelompok.

· Menggambarkan jalannya sinar pada pembentukan bayangan kaca mata, kamera, lup, mikroskop, dan teropong secara berkelompok

· Menganalisis prinsip pemantulan dan pembiasan cahaya pada alat-alat optik dalam diskusi kelas.

· Mendiskusikan beberapa cacat mata, cara menaggulanginya dan menentukan lensa kaca mata untuk penderita cacat mata dalam diskusi kelas.

· Melakukan percobaan sederhana tentang bayangan terbalik pada retina, bintik buta, dan sosis diantara dua jari secara berkelompok dan mendiskusikan

· Mengumpulkan informasi dan membuat daftar alat-alat optik dan kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari secara berkelompok.

· Merancang dan membuat teropong sederhana misalnya menggunakan sebuah lampu pijar, dua buah lensa cembung, kertas kalkir, mistar, dan plastisin.

D. Indikator

· Mendeskripsiskan pengertian alat-alat optik.

· Mendeskripsikan fungsi dan bagian alat optik pada kaca mata, kamera, lup, mikroskop, dan teropong.

· Menganalisis pembentukan bayangan alat optik pada kaca mata, kamera, lup, mikroskop, dan teropong

· Membedakan pengamatan tanpa akomodasi dan akomodasi maksimum

· Menganalisis perbesaran lup, mikroskop, dan teropong.

· Mendeskripsikan beberapa cacat mata dan menentukan, menanggulangi lensa kaca mata untuk penderita cacat mata

· Menganalisis bintik buta, bayangan terbalik pada retina, dan jelas tidaknya bayangan yang dibentuk oleh mata.

· Mengidentifikasi dan menjelaskan penerapan alat-alat optik dalam kehidupan sehari-har

· Merancang dan membuat teropong sederhana


E. Penilaian

· Teknik

Ø Tes tulis

Ø Tes unjuk kerja

· Bentuk Instrumen

Ø Tes uraian

Ø Tes uji petik kerja prosedur

· Contoh Instrumen

· Apakah yang dimaksud dengan alat-alat optik?

· Sebutkan fungsi dan bagian-bagian kacamata?

· Lukiskan jalannya pembentukkan bayangan pada kamera?

· Sebutkan 4 macam cacat mata?

· Lukiskan pemantulan dan pembiasan cahaya pada teropong?

· Buatlah laporan hasil percobaan tentang bayangan terbalik pada retina?

· Jelaskan Kegunaan kaca mata, up, dan mikroskop?

· Buatlah laporan hasil percbaan tentang merancang teropong sederhana?

F. Alokasi Waktu : 8 X 40 ( 4 x pertemuan)

G. Sumber,Bahan,dan Alat

  • Sumber : Buku siswa, buku referensi, LkS

· Alat-alat : kertas dan jarum pentul, mikroskop, lup, kamera, kaca mata, teropong mainan, dan media presentasi lampu pijar, 2 buah lensa cembung, kertas kalkir, mistar, dan plastisin

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Sekolah : SMA Negri Antah Berantah

Mata Pelajaran : Fisika

Kelas/Semester : X/2

Standar Komopetensi

3. Menerapkan prinsip kerja alat-alat optik

Kompetensi Dasar

3.2 menerapkan alat-alat optik dalam kehidupan sehari-hari

Indikator

1. Mengidentifikasikan dan menjelaskan penerapan alat-alat potik dalam kehidupan sehari-hari

2. Merancang dan membuat teropong sederhana.

Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran (1 X pertemuan)

A. Tujuan Pembelajaran

Peserta didik mampu:

1. Menyebutkan alat-alat optik

2. Menyebutkan kegunaan alat-alat optik

3. Merancang teropong sederhana

4. Membuat teropong sederhana

B. Materi Pembelajaran

1. Alat-alat optik dalam kehidupan sehari-hari

2. Kegunaan alat-alat optik

3. Merancang teropong sederhana

4. Membuat teropong sederhan


C. Metode Pembelajaran

  1. Model :

· Direct Instruksional

· Kooperatif Learning

  1. Metode :

· Eksperimen

· Diskusi informasi


D. Langkah kegiatan

a. Kegiatan Pendahuluan

· Motivasi : Menyakan peserta didik apakah sudah pernah melihat alat-alat optik?

· Pengetahuan Prasyarat : Ajukan pertanyaan apakah arti dan kegunaan alat-alat optik dalam kehidupan sehari-hari.

· Pengetahuan Eksperimen :

b. Kegiatan inti

· Guru membagi peserta didik ke dalam kelomok-kelompok.

· Guru meminta peserta ketua kelompoknya untuk mengambil bahan-bahan untuk membuat teropong sederhana.

· Guru mempersentasikan pengetahuan dekleratif tentang alat-alat dan bahan yang diperlukan untuk membuat teropong antara lain: lampu pijar, 2 buah lensa cembung, kertas kalkir, mistar, dan plastisin

· Guru memberikan instruksi

· Peserta didik mencoba membuat teropong sederhana secara berkelompok. Sesuai petunjuk yang diberikan oleh guru.

· Guru memeriksa kegiatan peserta didik apakah sudah dilakukan dengan benar. Jika masih ada peserta didik/kelompok yang belum dapat melakukan dengan benar, guru dapat langsung memberikan bimbingan.

· Peserta didik mendiskusikan dengan kelompok untuk membentuk kesimpulan dari data percobaan.

· Peseta didik mempersentasikan hasil percobaan secara klasikal.

c. Kegiatan Penutup

· Guru dan peserta didik berdiskusi untuk membuat rangkuman/kesmpulan kegiatan.

· Peserta didik mempersentasikan hasil kerja kelompoknya.

· Memberi penghargaan pada kelompok dengan kinerja baik.


E. Sumber belajar

· Buku referensi

· Bahan-bahan untuk membuat teropong.


E. Penilaian

1. Teknik penilaian :

· Tes unjuk kerja

2. Bentuk Instrumen

· Tes uji petik kerja prosedur

3. Contoh instrumen

· Contoh uji petik kerja prosedur

Rubrik

No.

Aspek

Skor

1.

Ketepanan menggunakan bahan-bahan untuk membuat teropong dengan benar.

2

2.

Melakukan kegitan dengan prosedur yang benar

2

3.

Memperoleh data dari kegiatan

2

4.

Membuat kesimpulan

2

Jumlah skor

8

Wednesday, May 2, 2007

UN TERNODAI

Ujian Akhir Nasional kembali ternodai, setelah kemarin pada waktu UN SMA/SMK ternodai oleh perbuatan-perbutan orang yang memanfaatkan kesempatan, kini UN SLTP pun ternodai kembali oleh perbutan orang-orang yang memanfaatkan kesempatan. UN SLTP kemarin ternodai di daerah Medan, pasalnya di SLTP tersebut para pengawas maupun gurunya memberitahukan atau membocorkan kunci jawaban UN kepada para murid di sekolah tersebut. Cara para pengawas ataupun gurunya memberitahukan jawaban UN itu dengan cara terang-terangan memberitahukan di depan kelas kepada siswa dan siswi. Saya untuk orang-orang yang berbuat kecurangan harap ditindaklanjuti, karena mungkin dengan cara ditindaklanjuti mudah-mudahan orang-orang yang berbuat kecurangan sadar, bahwa perbuatan seperti itu sangat merugikan banyak orang. Saya berharap sebagai seorang yang bercita-cita menjadi seorang pendidik, kejadian seperti itu tidak terulang kemabali.
Terima kasih semoga tidak terulang kembali

Monday, April 30, 2007

Cara Sederhana Mengajarkan IPA

Ada cara sederhana yang digunakan oleh Erni Rohana, SPd untuk memancing rasa ingin tahu siswa, mengajak berpikir kritis, dan bersikap ilmiah di dalam dan di luar jam pelajaran. Modul ini berupaya menggiring siswa agar aktif dan mandiri dalam proses pembelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA). Dia pun telah menerapkan di SDN No. 2 Jembatan Kembar, kecamatan Lembar, kabupaten Lombok Barat Nusa Tenggara Barat (NTB), sekolah tempatnya mengajar. Model pembelajaran yang dikembangkan Erni, menyajikan proses pembelajaran dengan menggabungkan antara pendekatan dan belajar klasik dengan individual. Persentase belajar individual 75 persen lebih banyak dari pada pendekatan klasik. Pendekatan ini menggunakan modul sederhana sebagai sumber belajar. Dalam penyajiannya, guru menggiring masing-masing siswa aktif dan belajar secara mandiri. Penyusunan, penyajian, dan penilaian proses pembelajaran ini dibagi dalam tiga langkah kegiatan.
Kegiatan awal, guru, dan siswa menyiapkan alat peraga atau percobaan yang akan diteliti. Guru dengan dibantu beberapa siswa membagi modul IPA, masing-masing siswa membaca modul dan memahami isinya. Siswa diberi kesempatan bertanya mengenai hal yang belum dimengerti sesuai dengan isi modul. Kegiatan inti, siswa mengerjakan tugas atau berdiskusi dengan temannya tentang hal yang diteliti dan menguasai materi yang ditugaskan. Selanjutnya siswa mengerjakan latihan dan mencocokkan dengan kunci jawaban. Kegiatan teks formatif dilakukan setelah menyelesaikan satu konsep IPA. Kegiatan akhir, guru memberikan penghargaan bagi siswa yang persentase keberhasilannya di atas 60 persen dan memberikan perbaikan bagi siswa yang persentase keberhasilannya 59 persen ke bawah.
Bagaimana penerapannya? Erni memberi contoh. Misalnya, guru akan menampilkan konsep sifat-sifat magnet dengan sub konsep magnet memiliki gaya yang dapat menarik benda dan menembus suatu benda. Langkah-langkah kegiatannya: Pertama, sebelum pembelajaran dimulai, siswa mempersiapkan alat dan bahan yang akan diteliti dan didiskusikan. Yaitu, magnet dan berbagai bahan yang dapat ditarik dan tidak dapat ditarik seperti paku, jarum, kayu, dan lain-lain. Bersamaan dengan itu, guru dibantu beberapa siswa membagi modul kepada masing-masing siswa atau satu modul untuk dua orang siswa. Kedua, pada awal pembelajaran, guru menjelaskan apa yang akan diteliti oleh siswa dan meminta membaca dan memahami isi lebih dulu bagian 1.1 pada modul yang akan dipelajari.
Siswa diminta menanyakan kepada guru jika ada yang kurang jelas atau menemukan kesulitan. Ketiga, sepanjang pembelajaran IPA, guru tidak menyajikan pelajaran dalam bentuk ceramah dan tanya jawab. Guru hanya berkeliling sambil mengamati kegiatan siswa. Dengan cara ini, secara tidak langsung guru dapat menilai keaktifan siswa. Di dalam kegiatan ini, guru dapat membantu siswa secara individu apabila menemukan kesulitan. Keempat, jika beberapa siswa telah menyelesaikan kegiatan 1.1 pada modul, guru kemudian membagi kunci jawaban dan mengoreksi hasil kegiatannya. Kelima, setelah mengoreksi jawaban siswa, guru memberikan penugasan yang dapat dikerjakan di sekolah. Keenam, selanjutnya guru mengoreksi jawaban siswa dan memberikan pengayaan bagi yang berhasil dan memberikan perbaikan bagi siswa yang belum berhasil.
Dalam pembelajaran ini, keberhasilan siswa dibuktikan dengan melihat keberhasilan siswa pada penilaian proses (kegiatan inti) dan keberhasilan pada penilaian hasil yang dilaksanakan setelah siswa menyelesaikan satu topik. Model pembelajaran ini, disebutnya, mampu memacu masing-masing siswa untuk mengungkapkan pertanyaan dan gagasannya tentang isi modul serta meningkatkan minat baca. Hasilnya sangat signifikan dibandingkan dengan menggunakan pendekatan klasikal. Erni menyebut sedikitnya ada empat kelebihan model pembelajaran ini. Pertama, minat membaca siswa meningkat karena dengan kesadaran sendiri akan berusaha membaca dan memahami isi modul untuk dapat mengerjakan tugas atau latihan di dalam modul. Kedua, memacu siswa aktif secara mandiri.
Ketiga, siswa diberi kesempatan memahami pembelajaran menurut kemampuannya sendiri. Hal ini terlaksana karena di akhir kegiatan siswa yang mampu akan diberi pengayaan dan yang belum berhasil akan diberi perbaikan. Keempat, merangsang sifat keingintahuan siswa dengan memberi kesempatan mengungkapkan pertanyaan dan gagasan. Erni merasakan, model pembelajaran yang diajarkan di sekolah tempatnya bertugas ternyata efektif menggiring siswa belajar aktif dan mandiri dalam kegiatan belajar. Model kreasi guru biologi kelahiran Rumak, 11 Mei 1973 ini dinyatakan sebagai pemenang kedua dalam Lomba Kreativitas Guru tahun 2002 tingkat SD yang diselenggarakan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

empat pilar pendidikan menurut UNESCO

Pendidikan menurut Unesco, meliputi empat pilar, yaitu: "learning to know, learning to do, learning to be", dan "learning to live together". Pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha untuk mencari agar mengetahui informasi yang dibutuhkan dan berguna bagi kehidupan. Belajar untuk mengetahui (learning to know) dalam prosesnya tidak sekedar mengetahui apa yang bermakna tetapi juga sekaligus mengetahui apa yang tidak bermanfaat bagi kehidupan. Pendidikan juga merupakan proses belajar untuk bisa melakukan sesuatu (learning to do). Proses belajar menghasilkan perubahan dalam ranah kognitif, peningkatan kompetensi, serta pemilihan dan penerimaan secara sadar terhadap nilai, sikap, penghargaan, perasaan, serta kemauan untuk berbuat atau merespon suatu stimulus. Pendidikan membekali manusia tidak sekedar untuk mengetahui, tetapi lebih jauh untuk terampil berbuat atau mengerjakan sesuatu sehingga menghasilkan sesuatu yang bermakna bagi kehidupan. Penguasaan pengetahuan dan keterampilan merupakan bagian dari proses menjadi diri sendiri (learning to be). Menjadi diri sendiri diartikan sebagai proses pemahaman terhadap kebutuhan dan jati diri. Belajar berperilaku sesuai dengan norma dan kaidah yang berlaku di masyarakat, belajar menjadi orang yang berhasil, sesungguhnya merupakan proses pencapaian aktualisasi diri. Dengan kemampuan yang dimiliki, sebagai hasil dari proses pendidikan, dapat dijadikan sebagai bekal untuk mampu berperan dalam lingkungan di mana individu tersebut berada, dan sekaligus mampu menempatkan diri sesuai dengan perannya. Pemahaman tentang peran diri dan orang lain dalam kelompok belajar merupakan bekal dalam bersosialisasi di masyarakat (learning to live together). Dalam upaya memenuhi empat pilar pendidikan tersebut di atas, pendidikan tidak dapat dibiarkan berjalan secara apa adanya. Pendidikan secara kelembagaan harus dikelola secara cerdas dan profesional. Proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengawasan dalam pendidikan harus dilakukan secara sistemik dan sistematis serta diarahkan pada pencapaian tujuan pendidikan nasional yaitu mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.