Monday, April 30, 2007

Cara Sederhana Mengajarkan IPA

Ada cara sederhana yang digunakan oleh Erni Rohana, SPd untuk memancing rasa ingin tahu siswa, mengajak berpikir kritis, dan bersikap ilmiah di dalam dan di luar jam pelajaran. Modul ini berupaya menggiring siswa agar aktif dan mandiri dalam proses pembelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA). Dia pun telah menerapkan di SDN No. 2 Jembatan Kembar, kecamatan Lembar, kabupaten Lombok Barat Nusa Tenggara Barat (NTB), sekolah tempatnya mengajar. Model pembelajaran yang dikembangkan Erni, menyajikan proses pembelajaran dengan menggabungkan antara pendekatan dan belajar klasik dengan individual. Persentase belajar individual 75 persen lebih banyak dari pada pendekatan klasik. Pendekatan ini menggunakan modul sederhana sebagai sumber belajar. Dalam penyajiannya, guru menggiring masing-masing siswa aktif dan belajar secara mandiri. Penyusunan, penyajian, dan penilaian proses pembelajaran ini dibagi dalam tiga langkah kegiatan.
Kegiatan awal, guru, dan siswa menyiapkan alat peraga atau percobaan yang akan diteliti. Guru dengan dibantu beberapa siswa membagi modul IPA, masing-masing siswa membaca modul dan memahami isinya. Siswa diberi kesempatan bertanya mengenai hal yang belum dimengerti sesuai dengan isi modul. Kegiatan inti, siswa mengerjakan tugas atau berdiskusi dengan temannya tentang hal yang diteliti dan menguasai materi yang ditugaskan. Selanjutnya siswa mengerjakan latihan dan mencocokkan dengan kunci jawaban. Kegiatan teks formatif dilakukan setelah menyelesaikan satu konsep IPA. Kegiatan akhir, guru memberikan penghargaan bagi siswa yang persentase keberhasilannya di atas 60 persen dan memberikan perbaikan bagi siswa yang persentase keberhasilannya 59 persen ke bawah.
Bagaimana penerapannya? Erni memberi contoh. Misalnya, guru akan menampilkan konsep sifat-sifat magnet dengan sub konsep magnet memiliki gaya yang dapat menarik benda dan menembus suatu benda. Langkah-langkah kegiatannya: Pertama, sebelum pembelajaran dimulai, siswa mempersiapkan alat dan bahan yang akan diteliti dan didiskusikan. Yaitu, magnet dan berbagai bahan yang dapat ditarik dan tidak dapat ditarik seperti paku, jarum, kayu, dan lain-lain. Bersamaan dengan itu, guru dibantu beberapa siswa membagi modul kepada masing-masing siswa atau satu modul untuk dua orang siswa. Kedua, pada awal pembelajaran, guru menjelaskan apa yang akan diteliti oleh siswa dan meminta membaca dan memahami isi lebih dulu bagian 1.1 pada modul yang akan dipelajari.
Siswa diminta menanyakan kepada guru jika ada yang kurang jelas atau menemukan kesulitan. Ketiga, sepanjang pembelajaran IPA, guru tidak menyajikan pelajaran dalam bentuk ceramah dan tanya jawab. Guru hanya berkeliling sambil mengamati kegiatan siswa. Dengan cara ini, secara tidak langsung guru dapat menilai keaktifan siswa. Di dalam kegiatan ini, guru dapat membantu siswa secara individu apabila menemukan kesulitan. Keempat, jika beberapa siswa telah menyelesaikan kegiatan 1.1 pada modul, guru kemudian membagi kunci jawaban dan mengoreksi hasil kegiatannya. Kelima, setelah mengoreksi jawaban siswa, guru memberikan penugasan yang dapat dikerjakan di sekolah. Keenam, selanjutnya guru mengoreksi jawaban siswa dan memberikan pengayaan bagi yang berhasil dan memberikan perbaikan bagi siswa yang belum berhasil.
Dalam pembelajaran ini, keberhasilan siswa dibuktikan dengan melihat keberhasilan siswa pada penilaian proses (kegiatan inti) dan keberhasilan pada penilaian hasil yang dilaksanakan setelah siswa menyelesaikan satu topik. Model pembelajaran ini, disebutnya, mampu memacu masing-masing siswa untuk mengungkapkan pertanyaan dan gagasannya tentang isi modul serta meningkatkan minat baca. Hasilnya sangat signifikan dibandingkan dengan menggunakan pendekatan klasikal. Erni menyebut sedikitnya ada empat kelebihan model pembelajaran ini. Pertama, minat membaca siswa meningkat karena dengan kesadaran sendiri akan berusaha membaca dan memahami isi modul untuk dapat mengerjakan tugas atau latihan di dalam modul. Kedua, memacu siswa aktif secara mandiri.
Ketiga, siswa diberi kesempatan memahami pembelajaran menurut kemampuannya sendiri. Hal ini terlaksana karena di akhir kegiatan siswa yang mampu akan diberi pengayaan dan yang belum berhasil akan diberi perbaikan. Keempat, merangsang sifat keingintahuan siswa dengan memberi kesempatan mengungkapkan pertanyaan dan gagasan. Erni merasakan, model pembelajaran yang diajarkan di sekolah tempatnya bertugas ternyata efektif menggiring siswa belajar aktif dan mandiri dalam kegiatan belajar. Model kreasi guru biologi kelahiran Rumak, 11 Mei 1973 ini dinyatakan sebagai pemenang kedua dalam Lomba Kreativitas Guru tahun 2002 tingkat SD yang diselenggarakan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

No comments: